No.1
Berjualan dimana saja selagi ada tempat. Bahaya? Nomor tujuh!! Gak ada aturan kok. Selama pemerintah membiarkan dan tidak menyediakan sarananya berarti boleh, ya gak? gitu aja repot
No.2
Ini juga khas Indonesia, setidaknya
saya tidak pernah menemukan atau nonton di TV luar negeri, anak-anak
dibawah umur mengemis di setiap stopan jalan. Keluarga miskin yang tidak
diurus oleh negara sebagaimana diamanatkan UUD 1945, memanfaatkan
anak-anaknya mengemis. Dinas sosial tidak kelihatan geraknya. Anjal
stopan nampaknya adalah khas Indonesia. Kesulitan bertahan hidup membuat
mereka kemana saja bergerak untuk bisa makan dan banyak dari mereka
yang menjadikannya profesi.
No.3
Ini khas pemukiman elit Indonesia yang disebut kawasan “The Kuw Muh Elite Village.”
Tidak elit gimana, adanya di posat kota metropolitan Jakarta. Disamping
komplek elit ini adalah gedung-gedung menjulang tinggi, kapitalisme
mengangkang penuh keangkuhan, hutan beton yang keras dan individualisme
yang takabur. Sekelompok manusia yang nekat hidup di tengah keangkuhan
itu akhirnya harus hidup dimana saja yang penting bisa tidur … Jakarta
dan kota-kota besar Indonesia lainnya menghadapi problem rumit soal
urbanisasi yang tidak diatur ini …
No.4
Ini yang gak ada di negara maju yang
masyarakatnya sering stress berat bahkan sampai bunuh diri. Ngapain
bunuh diri, ya gak? Sudah hidup ini cape, bunuh diri lagi. Bodoh amat!
Mendingan begini: gapleh dan begadang semalaman. Yang penting senang!
Kayak gak tahu aja. Di Indonesia, kerja keras banting tulang juga tetap
aja gak ngaruuh …!! Tetap aja miskin. Kemakmuran ekonomi bukan hak
kita, tapi hak segelintir orang yang dilindungi negara dan hak para
koruptor. Kalau orang kayak hidupnya senang karena kebanyakan duit,
kenapa kami rakyat kecil gak boleh??
No.5
Angkot benar-benar makhluk khas
Indonesia. Ciri-cirinya adalah: (1) Berhenti dan belok semau gue, alias
dimana aja, termasuk di bawah plang “Dilarang Parkir,” (2) orang merokok
didalamnya yang sempit itu, (4) dan yang terbaru, pengamen. Karena
lahan ngamen sudah semakin sempit, angkot pun akhirnya dipake ngamen
juga. Kebanyakan asal genjreng, lagu kemana musik kemana, dan seperti
foto diatas nyanyinya keluar lagi, jadi bukan untuk diperdengarkan
kepada hadirin penumpang mercedes rakyat itu.
No.6
Nikmaaat …… makan nasi liwet dan makan
berjamaah di atas daun. Lambang demokrasi, egalitarianisme, keadilan,
transparansi, persamaan hak, kebersamaan, kesetaraan dan lain-lain.
Begitu banyak nilai-nilai universal yang terkandung dalam “the great culture of ngaliwet” ini. An unimaginable joy!! Sayang, banyak orang memandang sebelah mata.
No.7
Inilah tamu setia yang khas datang ke
Indonesia setiap musim hujan. Musim kering, air surut, musim hujan
pasti…pasti… dan pasti banjir. Gituuuu…. aja terus sepanjang tahun!!
Akibat pembangunan yang tidak terencana dan tidak dikendalikan,
begitulah hasilnya. Di negara lain, ada juga dong banjir, tapi umumnya
tidak terduga, misalnya karena badai topan dsb. Tapi indahnya Indonesia,
banjir itu rutin alias selalu always, tidak oleh badai, tapi oleh
kekhasan Indonesia saja. Kalau musim hujan datang, pasti banyak banjir
dimana-mana. Jangan tanya pemerintah lah, kesalahkaprahan pembangunan
pemukiman sudah sangat parah, Coba gimana kita tidak bangga? Hidup
Indonesia!!
No.8
Pesta rakyat Agustusan. Walaupun
banyak yang mengkritik, peringatan kemerdekaan bangsa kok acaranya hanya
gini-gini aja, kurang bermakna. Biarin aja! Jaman kolonial kita
gak bisa beginian. Gawat, bisa di dor sama kumpeni!! Mau?? Jangan
sentimenlah, yang penting rakyat senang. Kapan pemerintah dan pejabat
kita akan menyenangkan rakyat?? Kapan? Ayo jawab?? Gak bisa jawab kan?? Ya iyya laah….. wong mereka cuma mikirin perutnya sendiri.
No.9
Ini yang khas dari kuda Indonesia yang
sekarang gak mau makan rumput lagi karena sudah berganti dengan
bensin/premium. Spesies ini, dari Medan hingga Jayapura, memiliki
ciri-ciri yang sama: bergimung seperti lalat, melabrak lampu merah,
majunya nyerempet-nyerempet, kalau lagi macet trotoar jadi alternatif,
di stopan menuhin zebra cross hak para pejalan kaki dan melaju
melawan arah. Karena produksinya tidak diatur, jalur khusus tidak
dibuatkan, penegakkan hukum hanya soal tilang lalu polisi dapet duit,
pengaturan sepeda motor akhirnya menjadi sangat susah dan rumit untuk
rapih dan tertib. Hidup di Indonesia benar-benar merdeka. Hidup
Indonesia …
No.10
Di Indonesia, budaya antri adalah
sangat mahal, karena mahal dan jarang ditemukan ketertiban berantri,
jadinya ya khas Indonesia. Antri baru hanya ada di lembaga-lembaga
modern seperti bank, kantor-kantor pemerintah dan swasta, kampus dll.
Tapi berapa persen itu? Itu hanya pemandangan kecil di wilayah
perkotaan, sedangkan kota-kota hanyalah titik-titik di negara besar
Indonesia. Umumnya, di masyarakat terutama di pedesaan dan wilayah
rurban (desa-kota) masih susah dengan budaya antri. Dan ada yang
menarik, kalau pun masyarakat kita antri, biasanya badannya berdekatan,
sampai kena dan bersentuhan. Ini sesuatu yang tidak ada di negara maju.
Apalagi bila sudah ngantri kebutuhan pokok. Kesadaran rendah, penduduk
yg terlalu banyak dan lahan yang sempit semua menyatu menjadi adonan
sering susah untuk di atasi. Kalau Anda, tidak merasakan ini khas
Indonesia, coba sekali2, jangan diam di kantor mewah dan modern saja, di
tempat-tempat yang nyaman saja, sekali2 ke daerah, ke terminal, ke
tempat2 berjubel menyatu dengan masyrakat kecil agar merasakan aslinya
indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar