Selasa, 28 Januari 2014
Periodisasi Sastra Di Indonesia
Periodisasi sastra yaitu kategori atau pembedaan waktu perkembangan sastra Indonesia dengan ciri-ciri masing-masing periode. Setiap babak atau periode waktu perkembangan sastra Indonesia mempunyai ciri yang berbeda dengan periode lainnya. Berikut periodisasi sastra Indonesia yang bisa Anda perhatikan perbedaannya.
Periode Sastra Melayu Lama
Periode ini lahir karya sastra yang berupa pantun, syair, hikayat, dongeng, mantra, dan banyak lainnya.
Periode Peralihan
Pada periode ini lahir tokoh seperti Abdullah bin Abdulkadir Munsyi yang banyak dianggap sebagai pembaharu karya yang tidak lagi bercerita tentang istana dan raja. Karya Abdullah banyak bercerita tentang kehidupan manusia dalam masyarakat yang nyata seperti misalnya Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah dan juga Syair Perihal Singapura Dimakan Api.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Abdullah tidak hanya dari segi isi ceritanya, namun juga pada bahasa yang digunakan. Abdullah tidak lagi menggunakan bahasa Melayu ke-Arab-an.
Periode Sastra Indonesia
Periode sastra Indonesia terbagi menjadi empat angkatan secara garis besar. Berikut penjelasannya.
Angkatan 20-an (Angkatan Balai Pustaka)
Angkatan ini memiliki ciri umum yaitu tema karya seputar konflik adat di mana kaum tua berkonflik dengan kamu muda, kawin paksa, perjodohan, dan kasih yang tak sampai. Corak aliran pada angkatan ini adalah romantik sentimental yang menggunakan bahasa Melayu dan bahan cerita biasanya berasal dari Minangkabau.
Tokoh dalam Angkatan Balai Pustaka :
Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
Roman Siti Nurbaya, karya Marah Rusli
Roman Di Bawah Lindungan Ka’bah, karya Hamka
Roman Salah Asuhan, karya Abdul Muis
Novel Sengsara Membawa Nikmat, karya Tulis Sutan Sati
Novel Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan, karya Nur Sutan Iskandar
Kumpulan cerpen Teman Duduk, karya M Kasim
Novel Kehilangan Mestika, karya Hamidah
Angkatan 30-an (Angkatan Pujangga Baru)
Angkatan ini memiliki ciri yang berbeda dari angkatan sebelumnya, yaitu :
Tema lebih kompleks seperti emansipasi perempuan, kehidupan kalangan intelektual, dan banyak lagi.
Karya tidak lagi menggunakan bahasa Melayu, tetapi menggunakan bahasa Indonesia modern
Bentuk karya lebih bebas dan mementingkan keindahan bahasa, seperti puisi bebas dan juga sonata
Tema karya kental dengan setting masyarakat dalam masa penjajahan
Aliran karya yang dianut yaitu romantik idealisme
Karya sangat dipengaruhi oleh barat
Tokoh dalam Angkatan Pujangga Baru yaitu :
Novel Layar Terkembang dan roman Dian Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Alisjahbana
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Hamka
Novel Belenggu, karya Armin Pane
Drama Ken Arok dan Ken Dedes, karya M. Yamin
Kumpulan puisi Setanggi Timur dan Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah
Bebasari, karya Rustam Effendi
Manusia Baru, karya Sanusi Pane
Angkatan `45
Angkatan ini memiliki ciri yang lebih bebas dalam prosa dan puisinya. Prosa dalam angkatan ini mempunyai corak realisme, sedangkan puisinya mempunyai corak ekspresionisme. Setting dan tema yang kebanyakan diambil angkatan ini adalah masa revolusi. Angkatan ini lebih mementingkan isi sastra ketimbang keindahan bahasa yang dipakai, sehingga angkatan ini jarang yang menghasilkan roman seperti pada angkatan sebelumnya.
Tokoh dalam Angkatan `45 yaitu :
Kumpulan drama Sedih dan Gembira, karya Mochtar Lubis
Kumpulan puisi Deru Campur Debu, karya Chairil Anwar
Novel Keluarga Gerilya, Pramoedya Anantya Toer
Novel Atheis, karya Achdiat Kartamiharja
Novel Aki dan Surabaya, Idrus
Angkatan `66
Angkatan ini memiliki ciri dengan tema yang lebih menonjol dari angkatan sebelumnya yaitu politik dan protes sosial. Angkatan ini menggunakan kalimat yang panjang dan bisa dibilang mendekati bentuk prosa.
Tokoh dalam Angkata `66 adalah :
Kumpulan puisi Blues untuk Bnie dan Ballada Orang-Orang Tercinta, karya W.S. Rendra
Kumpulan puisi Tirani, karya Taufiq Ismail
Novel Pada Sebuah Kapal, karya N.H. Dini
Novel Kemarau, karya A.A. Navis
Novel Pulang, karya Toha Mohtar
Novel Burung-burung Manyar, karya Mangunwijaya
Novel Ziarah, Iwan Simatupang
Novel Harimau-Harimau, karya Mochtar Lubis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar